Bagaimana Psikologi Make Up yang Sebenarnya?
Oleh : Listyo Yuwanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Fakultas Psikologi Laboratorium Psikologi Umum Universitas Surabaya
Terdapat beberapa bentuk kosmetika salah satunya adalah make-up. Make-up diartikan sebagai produk kosmetika berwarna yang artinya bila digunakan pada tubuh atau bagian tubuh tertentu akan menghasilkan warna. Beberapa contoh dari make-up adalah lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, dan blush on. Make-up sangat identik dengan wanita meskipun pengguna make-up tidak menutup kemungkinan adalah laki-laki dan diyakini sebagai sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik.
Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) make-up secara psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi seduction dan camouflage. Fungsi seduction artinya individu menggunakan make-up untuk meningkatkan penampilan diri. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya menarik dan menggunakan make-up untuk membuat lebih menarik. Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make-up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk camouflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make-up untuk membuat menarik.
Penelitian penulis tahun 2010 pada 200 mahasiswi yang berada pada tahapan perkembangan remaja menunjukkan bahwa 61,7% menggunakan make-up untuk fungsi seduction, 27,6% menggunakan make-up untuk fungsi camouflage, dan 10,7% menggunakan make-up untuk fungsi camouflage-seduction. Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction 35,2% menyatakan dirinya menarik dan 26,5% menyatakan dirinya tidak menarik. Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage menyatakan dirinya menarik (7,1%) dan tidak menarik (20,4%). Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage-seduction 4,6% menyatakan dirinya menarik dan 6,1% menyatakan tidak menarik.
Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) menyatakan bahwa fungsi make-up berkaitan dengan kepribadian seseorang. Hasil penelitian Congadi (2010) pada 100 Sales Promotion Girl make-up menunjukkan terdapat tiga kategori fungsi make-up, yaitu seduction, camouflage, dan kombinasi antara camouflage-seduction yang dikaitkan dengan teori kepribadian Big Five terdiri atas extraversion, neuroticism, conscientiousness, agreeableness dan openness. Extraversion menggambarkan tentang kemampuan bersikap asertif, aktif, dan sociable. Neuroticism berkaitan dengan bagaimana individu menghadapi situasi menekan atau derajat respon emosional terhadap stress. Conscientiousness menggambarkan tentang derajat motivasi berprestasi atau mencapai hasil yang baik. Agreeableness berkaitan dengan derajat kemampuan penyesuaian terhadap orang lain. Openness membahas tentang bagaimana individu terbuka atau tidak dengan pengalaman atau sesuatu yang sifatnya baru. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi seduction ciri-cirinya memiliki tingkat kepribadian agreeableness, conscientiousness, openness, dan extraversion yang tergolong tinggi dan sangat tinggi, serta neuroticism yang rendah. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi camouflage ciri-cirinya tingkat kepribadian extraversion yang rendah, conscientiousness dan openness sedang, agreeableness dan neuroticism tinggi. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi camouflage-seduction ciri-cirinya tingkat kepribadian extraversion, neuroticism, conscientiousness sedang, agreeableness dan openness tinggi dan sangat tinggi.
Penelitian penulis tahun 2010 pada 45 responden perempuan pekerja seks komersial berusia 17 sampai 25 tahun yang secara fisik (wajah) telah dirating (dinilai) oleh induk semang (mucikari) sebagai kategori perempuan yang memiliki wajah cantik. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan hasil penelitian Congadi (2010). Fokus penelitian penulis pada fungsi make-up ditinjau dari kepribadian extraversion dan neuroticism. Subjek yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction sebagian besar memiliki tingkat extraversion yang tinggi dan neuroticism yang rendah. Subjek yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage memiliki tingkat extraversion yang rendah, neuroticism yang tinggi dan sangat tinggi.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan tentang fungsi make-up, maka pembaca dapat mengevaluasi penggunaan make-up lebih ke arah fungsi seduction, camouflage atau camouflage-seduction. Penelitian lebih lanjut tentang fungsi make-up dikaitkan dengan area psikologi masih terbuka sehingga tulisan ini diharapkan dapat menginspirasi pembaca.
Pustaka Acuan
Korichi, R., Pelle-De-Queral, D., Gazano, G., & Aubert, A. (2008). Why women use makeup: Implication of psychological traits in makeup functions. J.Cosmet.Sci. 59, 127-137.
Congadi, Y. (2010). Profil kepribadian ditinjau dari fungsi make-up pada Sales Promotion Girls (SPG) make-up. Skripsi, tidak diterbitkan, Program Sarjana Strata Satu Universitas Surabaya, Surabaya.
Fakultas Psikologi Laboratorium Psikologi Umum Universitas Surabaya
Terdapat beberapa bentuk kosmetika salah satunya adalah make-up. Make-up diartikan sebagai produk kosmetika berwarna yang artinya bila digunakan pada tubuh atau bagian tubuh tertentu akan menghasilkan warna. Beberapa contoh dari make-up adalah lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, dan blush on. Make-up sangat identik dengan wanita meskipun pengguna make-up tidak menutup kemungkinan adalah laki-laki dan diyakini sebagai sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik.
Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) make-up secara psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi seduction dan camouflage. Fungsi seduction artinya individu menggunakan make-up untuk meningkatkan penampilan diri. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya menarik dan menggunakan make-up untuk membuat lebih menarik. Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make-up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make-up untuk camouflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make-up untuk membuat menarik.
Penelitian penulis tahun 2010 pada 200 mahasiswi yang berada pada tahapan perkembangan remaja menunjukkan bahwa 61,7% menggunakan make-up untuk fungsi seduction, 27,6% menggunakan make-up untuk fungsi camouflage, dan 10,7% menggunakan make-up untuk fungsi camouflage-seduction. Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction 35,2% menyatakan dirinya menarik dan 26,5% menyatakan dirinya tidak menarik. Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage menyatakan dirinya menarik (7,1%) dan tidak menarik (20,4%). Mahasiswi yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage-seduction 4,6% menyatakan dirinya menarik dan 6,1% menyatakan tidak menarik.
Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert (2008) menyatakan bahwa fungsi make-up berkaitan dengan kepribadian seseorang. Hasil penelitian Congadi (2010) pada 100 Sales Promotion Girl make-up menunjukkan terdapat tiga kategori fungsi make-up, yaitu seduction, camouflage, dan kombinasi antara camouflage-seduction yang dikaitkan dengan teori kepribadian Big Five terdiri atas extraversion, neuroticism, conscientiousness, agreeableness dan openness. Extraversion menggambarkan tentang kemampuan bersikap asertif, aktif, dan sociable. Neuroticism berkaitan dengan bagaimana individu menghadapi situasi menekan atau derajat respon emosional terhadap stress. Conscientiousness menggambarkan tentang derajat motivasi berprestasi atau mencapai hasil yang baik. Agreeableness berkaitan dengan derajat kemampuan penyesuaian terhadap orang lain. Openness membahas tentang bagaimana individu terbuka atau tidak dengan pengalaman atau sesuatu yang sifatnya baru. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi seduction ciri-cirinya memiliki tingkat kepribadian agreeableness, conscientiousness, openness, dan extraversion yang tergolong tinggi dan sangat tinggi, serta neuroticism yang rendah. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi camouflage ciri-cirinya tingkat kepribadian extraversion yang rendah, conscientiousness dan openness sedang, agreeableness dan neuroticism tinggi. Subjek yang menggunakan make-up sebagai fungsi camouflage-seduction ciri-cirinya tingkat kepribadian extraversion, neuroticism, conscientiousness sedang, agreeableness dan openness tinggi dan sangat tinggi.
Penelitian penulis tahun 2010 pada 45 responden perempuan pekerja seks komersial berusia 17 sampai 25 tahun yang secara fisik (wajah) telah dirating (dinilai) oleh induk semang (mucikari) sebagai kategori perempuan yang memiliki wajah cantik. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan hasil penelitian Congadi (2010). Fokus penelitian penulis pada fungsi make-up ditinjau dari kepribadian extraversion dan neuroticism. Subjek yang menggunakan make-up untuk fungsi seduction sebagian besar memiliki tingkat extraversion yang tinggi dan neuroticism yang rendah. Subjek yang menggunakan make-up untuk fungsi camouflage memiliki tingkat extraversion yang rendah, neuroticism yang tinggi dan sangat tinggi.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan tentang fungsi make-up, maka pembaca dapat mengevaluasi penggunaan make-up lebih ke arah fungsi seduction, camouflage atau camouflage-seduction. Penelitian lebih lanjut tentang fungsi make-up dikaitkan dengan area psikologi masih terbuka sehingga tulisan ini diharapkan dapat menginspirasi pembaca.
Pustaka Acuan
Korichi, R., Pelle-De-Queral, D., Gazano, G., & Aubert, A. (2008). Why women use makeup: Implication of psychological traits in makeup functions. J.Cosmet.Sci. 59, 127-137.
Congadi, Y. (2010). Profil kepribadian ditinjau dari fungsi make-up pada Sales Promotion Girls (SPG) make-up. Skripsi, tidak diterbitkan, Program Sarjana Strata Satu Universitas Surabaya, Surabaya.
Comments
Post a Comment